Tampilkan postingan dengan label Pemberdayaan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pemberdayaan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 26 Desember 2017

Catatan (Singkat) Pelatihan Perempuan Wirausaha

SEJAK akhir Februari 2017 hingga akhir Desember 2017, LSM kami melakukan serangkaian kegiatan di Tuban, Bojonegoro, dan Ngawi. Pada caturwulan terakhir 2017, kami memperluas jangkauan wilayah kegiatan hingga ke Lamongan dan Gresik.

Ada 3 kegiatan utama yang kami lakukan, yaitu rekrutmen agen, pelatihan agen, dan pelatihan perempuan wirausaha—kami menyebutnya sebagai training for female entrepreneur. Masing-masing saling berkaitan (boleh kita kategorikan sebagai tahapan) dan harus urut. Pelatihan perempuan wirausaha tak boleh mendahului pelatihan agen dan lebih-lebih rekrutmen agen.

Program kami kali ini memang cukup menarik dan menantang. Biasanya, program pelatihan didesain menggunakan pendekatan pemberdayaan berdasarkan dokumen hasil PRA dan lain-lain sebagai acuan awal. Anggota masyarakat diajak berembuk melalui kelompok kewilayahan (musyawarah RT/RW, musyawarah dusun, musyawarah desa, dan seterusnya), kelompok sosial-ekonomi (arisan, PKK, tahlilan, yasinan, dibaan, dan lain-lain), dan sebagainya. Mereka difasilitasi untuk merumuskan permasalahan yang mereka hadapi, alternatif solusi yang paling mungkin mereka tempuh, dan prioritas keduanya. Melalui pelbagai tahap itu, pelatihan benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat.


Senin, 22 Mei 2017

Mbak Sri

MASIH ingat Sri Sang Pemangkas Anggaran? Tulisan tentangnya tersua dalam artikel bertajuk Sri Mulai Pangkas Anggaran. Akhir tahun lalu, saya menemu 2 Sri yang memangkas anggaran. Pertama, Sri yang kabarnya memangkas APBN. Kedua, Sri yang saya ceritakan dalam artikel di atas. Mirip-miriplah sama Sri yang pertama. Sama-sama memangkas anggaran. Hanya saja, yang kedua ini memangkas anggaran rumah tangganya sendiri. Kedua Sri itu tampaknya juga tipikal perempuan yang dalam bahasa Jawa disebut cak-cek. Segera bertindak. Sri pertama, berdasar berita beredar, segera memangkas anggaran negara setelah dilantik menjadi menteri. Sedangkan, Sri kedua segera memangkas biaya rokok suami setelah mengikuti pelatihan pengelolaan keuangan. Lo piye, rak sebelas-duabelas ta?


Minggu, 16 April 2017

Sri Mulai Pangkas Anggaran

SAYA tak punya HP sendiri. Pakai HP anak saya,” jawabnya ketika salah seorang dari kami menanyakan tentang kepemilikan telepon seluler kepadanya. Tampaknya, dia tak terlalu ambil peduli soal gawai. Tak seperti galibnya orang kekinian. Mungkin aktivitas kesehariannya memang tak menuntutnya untuk memilikinya. Bahkan untuk yang berfitur terbatas. Sekadar untuk telepon atau mengirim pesan pendek, maksud saya.

Kamis, 09 Januari 2014

PNPM dan Pembangunan Karakter Bangsa


BERKENAAN dengan tema Indonesia disebut sebagai Bangsa yang Lembek, Benarkah? yang terkandung dalam pesan (artikel) berjudul Tetap harus dimulai, Sekalipun belum tentu Selesai di www.darwinsaleh.com, saya berpandangan bahwa pendapat tersebut benar adanya. Bangsa ini memerlukan sikap pragmatis dalam arti segera cancut tali wanda; segera bertindak untuk kepentingan bersama, untuk memperbaiki kondisi, di sini dan saat ini. Saya punya satu cerita.

Bulan lalu (23/12), saya diundang untuk mengikuti Workshop Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Hotel Grand Pujon View, Pujon, Malang. Berdasarkan monogram, acara akan dimulai pukul 07.00 WIB. Seluruh peserta wajib hadir tepat waktu, karena acara dianggap sungguh penting.

Demi menghadiri acara mahapenting itu, saya harus berangkat pukul 04.15 WIB dari Mojokerto. Saya sempat singgah di rumah orang tua saya. Sebentar saja, lalu segera melanjutkan perjalanan ke Pujon. Hasilnya, saya dapat hadir tepat pukul 07.00 WIB.

Namun, betapa terkejutnya saya, ternyata masih sedikit sekali peserta yang hadir. Baru belasan orang termasuk saya. Kepada seorang teman yang kebetulan menghubungi saya melalui WhatsApp, saya mengeluh tentang keterkejutan, lebih tepatnya kejengkelan, saya itu. Teman saya berkomentar, “Kamu masih di Indonesia kan? Di sini jika tidak telat dianggap kurang afdal… .” Ah! Saya berharap ini bukanlah Indonesia...

Selasa, 20 Agustus 2013

Kantor Baru PNPM Banyuputih Mulai Ditempati


PENGURUS UPK PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Banyuputih mulai menempati Kantor Pusat Pelayanan PNPM Mandiri Perdesaan yang baru pada kemarin (19/08). Dua hari sebelumnya, pelaku kelembagaan (BKAD, BP-UPK, dan UPK) melakukan boyongan (pindahan) dengan dibantu oleh beberapa pelaku tingkat desa.
Antri Mengangsur Pinjaman SPP
Apresiasi pelaku, kelompok SPP, dan masyarakat sangat baik. Bu Jen, salah satu ketua kelompok, menyampaikan bahwa dia menyambut baik dan ikut bersyukur atas pembangunan kantor PNPM. Dia berharap, kepemilikan kantor secara mandiri dapat meningkatkan profesionalitas pengurus UPK dalam pengelolaan program.
Kantor Baru PNPM Banyuputih
Hari pertama menempati kantor baru, tampak banyak pengurus kelompok yang mengantri untuk menyetor angsuran SPP. Mereka baru menyetorkan angsuran kelompok setelah tertunda beberapa kari akibat libur lebaran. Tak sedikit di antara mereka yang sempat menunggu di kantor lama. Mereka mengira pengurus UPK belum menempati kantor baru.
Ketika mereka bertemu pengurus UPK di kantor baru, hal pertama yang mereka tanyakan, “Kapan syukuran peresmiannya?”.
Ya, UPK memang menempati dulu kantor barunya. Peresmiannya menunggu kesiapan acara. Mengingat, kantor baru tersebut diharapkan dapat diresmikan oleh Bupati Situbondo.



Selasa, 30 Juli 2013

Berbuka Bersama TPK Banyuputih


MUSALA An-Nur Desa Banyuputih penuh. Kepala desa, anggota BPD, LPMD, TMD, ketua BKAD, ketua BP-UPK, ketua UPK, dan tokoh masyarakat tampak duduk melingkar di dalam musala. Sebagian hadirin bahkan terpaksa duduk di teras musala. Kondisi itu terjadi suatu sore pada 22 Juli 2013.
Mereka sedang mengadakan rapat koordinasi awal pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan sembari menunggu waktu berbuka puasa. Rapat dibuka dengan pembacaan surat al-Fatihah dan dilanjutkan dengan sambutan kepala desa. Ketua TPK kemudian melanjutkan acara. Ia memaparkan kondisi kekinian dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Banyuputih. Setelah diskusi dianggap cukup, acara ditutup dengan pembacaan tahlil. Hadirin berharap, dengannya pelaksanaan seluruh kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan menjadi baik dan lancar.
Tepat pukul 17.24 WIB. Sirine tanda waktu berbuka pun berbunyi. Mereka kemudian menyantap hidangan berbuka yang telah tersedia.
Demikianlah. Ada banyak cara untuk berkumpul dan menyampaikan informasi kepada masyarakat. Pelaku PNPM Mandiri Perdesaan dapat memanfaatkan momentum yang ada. Apa pun. Ya, termasuk berbuka puasa bersama itu.




Minggu, 28 Juli 2013

SOP pun Dilengkapi secara Mengangsur


SELAMA ini, segala peraturan dalam PNPM Mandiri Perdesaan ada secara serta merta. PTO memang jelas berasal dari Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Namun, sebagai turunan PTO yang mengatur secara lebih detail dan teknis, contohnya SOP, entah dari mana asalnya.

Sebenarnya, SOP yang beredar dari tangan ke tangan itu hanyalah draft atau contoh yang harus disesuaikan di masing-masing kecamatan. Pun demikian, di level pelaku, tak jarang yang memperlakukan turunan PTO yang tak jelas asalnya itu sebagai pemberian dari langit. Semacam PTO kira-kira. Boleh ditambah, tapi tak boleh dikurangi. Pemahaman ini yang pada kemudian hari, diakui atau tidak, mengaburkan persoalan yang sebenarnya yaitu kejumudan.

SOP dianggap sesuatu yang sudah jadi. Sempurna. Sering ditemui, antara kecamatan yang satu dengan kecamatan yang lain sama persis SOP-nya. Padahal, kondisi, termasuk permasalahan yang dihadapi, di tiap kecamatan berbeda. Maka, dalam tahap menjadi seperti sekarang ini, mestinya kelompok diskusi terfokus (FGD) untuk membahas alur dan tahapan serta mengurai permasalahan terkini dianggap perlu. FGD dapat dilakukan dalam sesi evaluasi rapat kelembagaan. Keluarannya, berita acara dan notula rapat kelembagaan. Bukankah itu sudah cukup mengikat ke dalam?

Setidaknya, itu yang selama ini dilakukan di Kecamatan Banyuputih. Misalnya, rapat kelembagaan pada 15 Juli 2013. Dalam rapat tersebut, tema yang dibahas adalah perlakuan atas uang cacat, baik rusak fisik maupun palsu. Mau tak mau, peserta rapat harus mengurai dulu alur dan tahapan penerimaan uang serta keluaran dari masing-masing tahapan itu. Setelah itu, barulah perlakuan atas uang cacat itu dapat dicarikan solusinya.

Dengan cara itu, SOP diharapkan lebih membumi; lebih mampu menjawab persoalan yang dihadapai lembaga-lembaga bentukan PNPM Mandiri Perdesaan. Pada aras ini, sesungguhnya berita acara hasil rapat kelembagaan dapat dianalogikan sebagai sebuah bab. Dan bab-bab inilah yang selanjutnya, pada akhir tahun ketika diselenggarakan MAD Pertanggungjawaban misalnya, dapat dihimpun menjadi sebuah buku yang utuh. Ya, SOP itu. Jadi, bukan hanya pinjaman SPP/UEP saja yang dapat diangsur, tetapi SOP juga.fgs




Sabtu, 27 Juli 2013

Kantor Baru, Semangat Baru


Pembangunan 99% - Dok. PNPM MPd Kec. Banyuputih


JAMAK terjadi, suatu ide atau, lebih-lebih, tindakan menuai pro dan kontra. Pun dalam hal pembangunan Gedung Pusat Layanan PNPM Mandiri Perdesaan.
Pihak kontra biasanya mendasarkan argumentasinya kepada keamanan permodalan. Selain itu, ada juga yang dengan sinis menanggapi, “Masyarakat masih banyak yang miskin kok sudah bangun kantor. Kan lebih baik untuk kegiatan?”. Atau juga: “Status BKAD di mata hukum kan belum jelas. Tidak boleh mempunyai aset berupa gedung.” Ya, macam-macam memang. Mulai soal jenis kegiatan sampai dengan kejelasan badan hukum BKAD.
Tak sedikit yang menanggapi pembangunan Gedung Pusat Layanan PNPM Mandiri Perdesaan secara positif. Dalam hal ini, termasuk masyarakat dan pelaku di Kecamatan Banyuputih. Mereka sama-sama berharap bahwa gedung atau kantor baru dapat menumbuhkan etos atau spirit yang lebih positif.
Dengan dibangunnya kantor baru, pengurus kelembagaan dapat membuat desain kantor sesuai standar pelayanan masyarakat. Selain itu, faktor kepercayaan (trust) pemanfaat atau calon pemanfaat keuangan mikro (SPP) terdongkrak naik. Desain kantor yang baik, penataan yang rapi, dan pengelolaan yang bersih tentu saja memunculkan citra yang berbanding lurus dengannya, yaitu baik, rapi, dan bersih.
Tentu butuh biaya untuk itu semua. Tidak sedikit memang. Tetapi, masyarakat tentu tak ingin dana masyarakat dikelola secara tidak profesional. Jadi, bukankah itu adalah impian kita semua?




Kamis, 25 April 2013

Belajar dari Film, Kenapa Tidak?


Menikmati Film - Dok. Pelatihan KPMD




ALIH-ALIH mencerdaskan dan, sekaligus, menyenangkan, pelatihan sering kali justru menjadi hal yang membunuh kreativitas dan, harus diakui, membosankan. Pelan-pelan pelatihan yang seharusnya dirayakan sebagai momentum bersama untuk berrefleksi, menggugat diri, dan menikmati materi latih yang bergizi, terdistorsi menjadi sekadar penggugur kewajiban. Dan sayangnya, kita terlambat dalam menyadarinya.
Lalu, satu demi satu peserta latih pun tak lagi lengkap. Mereka enggan hadir. Yang hadir pun, tak lama kemudian kehilangan fokus. Mereka bosan. “Padhâna se lambhâ’, seperti yang lalu,” kata mereka. Biasanya, alasan atas terjadinya hal itu adalah penyelenggaraan pelatihan yang dilakukan dengan metode yang sama dan materi yang juga lebih kurang sama.
Pada aras ini, mestinya pelatih piawai mengelola pelatihan dalam konteks jenis dan metode latih. Jenis pelatihan tak hanya klasikal, tetapi ada juga in-service training (IST), on the job training (OJT), comparative study, cross visit, focus group discussion (FGD), dan sebagainya. Selain ceramah, metode latih yang dapat digunakan adalah tanya jawab, bermain peran, dan lain-lain.
Eksperimen dalam jenis dan metode pelatihan seperti itu sering dilakukan di Kecamatan Banyuputih. Pelatihan KPMD IV pada 3 Oktober 2012 di Kantor UPK Kecamatan Banyuputih adalah salah satunya. Dalam pelatihan tersebut, pada satu sesi terakhir, KPMD diajak untuk menonton film SiKompak. Setelah film selesai, mereka mendiskusikan isi dari film itu. Fokus diskusi adalah materi yang disampaikan sebelumnya, yaitu: (1) teknik bertanya dan mendengarkan, (2) teknik mengatasi situasi sulit, dan (3) profil tandem. Hal ini diapresiasi baik oleh peserta.
Memang, pelatihan dapat saja diandaikan seperti sebuah perjalanan. Selalu tersedia banyak cara untuk menuju suatu tempat. Banyak jalan menuju Roma, kata orang.•